Tuesday, May 18, 2010

Akhirnya jadi juga :')

Dia memang cantik. Itulah yang kamu katakan berulang-ulang kali. Tapi tahukah kamu kalau hatiku selalu galau setiap kali kamu berkata seperti itu? Ah biar saja apa yang kurasakan bukanlah sesuatu yang harus dinomor satukan. Melihatmu bahagia seperti ini saja sudah memberiku kekuatan.

Dan setiap kali kita bertemu, dialah yang selalu menjadi topik utama. Ingin sekali aku mengacuhkanmu, tapi tentu saja aku tak bisa. Aku terlalu menyukaimu untuk tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan konyolmu itu.

Tentu saja kamu sangat mengaguminya. Dia yang cantik, yang mampu membuatmu bertindak bodoh. Dia yang pintar, yang selalu kamu kagumi. Dia dia dia. Ah tentu saja hanya namanya yang ada di benakmu. Dia memang beruntung. Apakah tak pernah terpikirkan sekalipun aku selalu memikirkanmu? Tentu saja tidak, kamu terlalu sibuk mengaguminya. Iya kan?

Kata mereka aku akan menemukan yang lebih baik darimu. Tapi aku tahu itu tak kan mungkin, karena bagiku kamulah satu-satunya yang terbaik. Tahukah bahwa kamulah alasanku untuk tak lagi kecewa ketika ternyata tinggiku tak juga bertambah. Kamu juga yang membuatku rela mengabaikan waktu tidurku untuk belajar hanya untuk membuatmu bangga padaku. Kamu jugalah alasan mengapa akhir-akhir ini jari-jariku penuh balutan hansaplast untuk menutupi luka teriris pisau saat aku mencoba memasakkan makanan untukmu. Kamu jugalah penyebab penampilanku mendadak berubah drastis. Lihatlah betapa bodohnya aku ini. Kamu pasti akan tertawa jika mengetahui yang hal-hal bodoh yang selalu kulakukan karenamu.

Tapi tahukah kamu mencintaimu tak semudah itu. Bahkan lebih susah ketika aku harus menyadari dialah kebahagianmu. Dan jujur saja aku benci harus mengelabui perasaanku yang terluka dengan memasang senyum palsu. Ah biarlah ini juga kan untukmu. Lagipula aku tak suka jika kamu harus memergokiku berlinang air mata.

Aku memang tak secantik atau sesempurna dia, tapi sungguh aku mencintaimu apa adanya. Bahkan ketika kamu hanya mengenakan kaus dan celana pendek dengan rambut acak-acakan, atau ketika kamu salah potong rambut hingga semua teman-temanmu menertawakanmu. Tentu saja rasa sayangku jauh lebih besar untuk mencemaskan hal-hal seperti itu.

Benarkah hanya dia yang ada di hatimu? Mungkin memang lebih baik seperti ini. Aku telah tebiasa terlalu peduli kisahmu dengan dia. Aku mencintaimu dan aku bahagia melihatmu tersenyum bahkan jika itu harus mengorbankan perasaanku sendiri. Oh tenanglah bukannya aku mau sok atau apa, tapi memang benar kebahagianmu lebih penting dari kebahagianku sendiri. Aku bahkan tak pernah berharap kamu tahu perasaanku. Aku hanya tak ingin membebanimu saja.

Mungkin kamu akan mengatakan aku lemah, tapi tahukah kamu aku selalu berusaha kuat agar kamu tak menganggapku cengeng. Aku selalu berusaha sekuat hati agar tidak menumpahkan air mata di depanmu. Dan aku selalu berusaha mengubur sakit hatiku ketika melihatmu dengannya. Aku hanya berharap waktu akan menelan semua lukaku dan mengembalikan semua seperti sedia kala. Dan aku tak kaget ketika menyadari betapa seringnya aku harus mengalah pada kenyataan.

Aku mungkin memang tak sebaik dia. Tapi aku ingin kamu tahu akan selalu berusaha menjadi yang terbaik untukmu. Mungkin saja memang dia yang mampu mewujudkan mimpi-mmpimu. Ketahuilah aku memang tak sehebat dia, tapi aku selalu tak pernah lupa menyelipkanmu dalam doaku meskipun mungkin saja aku orang terakhir yang akan kamu ingat. Aku memang tak sepuitis dia yang selalu mendapat nilai sempurna dalam pelajaran sastra, tapi disetiap lembaran binderku selalu berisi puisi tentangmu. Mungkin aku juga bukan yang kamu inginkan untuk mendampingimu saat ini. Tapi ketahuilah aku selalu ada untukmu, meskipun kamu jarang ada jika aku sangat sangat membutuhkanmu.

Jadi berhentilah merasa bersalah, karena memang ini bukan salahmu. Aku memang terluka tapi ketahuilah bukan kamu yang melukaiku. Ini kesalahanku karena harus mencintaimu dan sungguh aku tak menyesal. Kamu juga tak perlu menjauhiku, itu hanya akan memperburuk semuanya. Sudahlah acuhkan saja perasaanku, aku akan tetap berdiri disini untukmu. Kumohon jangan menatapku seperti itu, aku tak ingin kamu mengasihaniku. Bukannya aku sengaja masuk dalam kehidupanmu. Bertahun-tahun yang lalu kita hanya teman biasa, dan entah sejak kapan kamu telah menjadi bagian penting dari hidupku. Bukannya aku ingin menggantikan dia di hatimu, tentu saja aku tak kan. Aku tau kamu menyayanginya seperti aku yang juga menyayangimu.

Aku mencintaimu bukan dengan air mata ketika setiap kali pikiran tentangnya selalu melintas di otakmu dan memotong obrolan kita, bukan juga dengan obsesi yang mengharuskan kamu menjadi milikku bagaimanapun keadaannya. Tidak, bukan itu yang sedang kurasakan. Aku bahagia mencintaimu meskipun tak sedikit pengorbanan yang harus aku lakukan. Meskipun aku harus berkali-kali jatuh dan terluka tapi kamu jugalah alasanku untuk bangkit. Semangat-semangatmu juga yang membuatku terus bertahan. Meskipun aku tau itu tak mudah. Dan meskipun aku harus melangkah di antara ketidak pastian yang selalu siap untuk melukaiku. Ah sudahlah, bukannya selama ini memang itulah jalanku, jalan yang harus kutempuh untuk mencintaimu.

No comments:

Post a Comment